Gadget : Teman Belajar Anak bukan Teman Bermain Anak

0
1555

Masyarakat sekalian tentunya sudah tidak asing lagi dengan gadget. Piranti satu ini sudah sangat populer digunakan masyarakat abad 21. Dikutip dari wikipedia.com, gadget adalah perangkat elektronik kecil yang memiliki tujuan dan fungsi praktis dengan rancangan lebih canggih dibandingkan teknologi yang diciptakan sebelumnya. Penggunaan laptop dan tablet yang menggantikan komputer duduk, kemudian handphone yang menggantikan telepon kabel. Hal tersebut menunjukkan gadget memiliki manfaat nyata yaitu mudah dibawa kemana saja sebab laptop maupun handphone lebih praktis secara ukuran sehingga memudahkan pekerjaan bagi pemakainya. Berbagai fitur pada gadget memberikan banyak kesempatan bagi penggunanya untuk memperluas wawasan, jendela ilmu dan informasi layaknya buku, dan juga piranti untuk sekedar menghibur diri melalui fitur permainan. Ada berbagai alasan yang melatarbelakangi orang untuk membeli gadget khususnya handphone dan tablet. Gadget ini diminati selain sebagai piranti komunikasi, juga sebagai piranti perekam aktivitas yang ingin diabadikan melalui fitur kamera canggihnya, bahkan sebagai piranti gaya hidup. Masyarakat di Indonesia sendiri sudah tidak asing lagi dengan smartphone. Gadget ini disebut sebagai telepon pintar karena berbagai kecanggihan fitur yang ada didalamnya. Gadget sudah cukup populer bagi masyarakat di Indonesia. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir dalam sebuah pers di Cikarang Januari 2017 menyebutkan bahwa pengguna smartphone di Indonesia kini telah mencapai angka 25 % dari jumlah total penduduk Indonesia. Hasil riset yang telah dikakukan tersebut menunjukkan sekitar 65 juta orang yang tinggal di Indonesia mulai dari orang dewasa, remaja dan bahkan anak-anak sudah terbiasa menggunakan gadget untuk aktivitas sehari-harinya.
Bagaimana dengan anak-anak sebagai pengguna gadget ? dalam skala perkembangan dan pertumbuhan manusia, anak-anak adalah mereka yang berusia antara 5-12 tahun. Anak-anak Indonesia adalah mereka yang secara umum sedang mengampu pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI). Anak SD tentunya rentan terhadap dampak negatif sebab sebagai jendela informasi gadget dapat menjadi jalan masuknya informasi yang bermanfaat maupun tidak bermanfaat bahkan buruk. Anak mendapat asupan konten yang kurang baik melalui berbagai cara yang dapat disajikan gadget, seperti dalam bentuk gambar, suara/audio, video, bahkan narasi dalam suatu bacaan. Dikutip dalam artikel republika.co.id tertanggal 8 oktober 2017 “Jutaan Anak Usia SD Kecanduan Gadget” disebutkan lebih dari seperempat anak-anak di seluruh dunia memiliki gadget sebelum usia mereka genap delapan tahun. Peneliti melakukan riset dengan cara mewawancarai 571 orang tua yang memiliki anak usia dibawah 16 tahun, hasilnya adalah para orang tua tersebut memandang kebiasaan hi-tech anak-anak sebagai bentuk nyata obsesi terhadap teknologi. Orang tua mulai cemas akan kehilangan kontrol terhadap apa yang akan dilihat, dibaca dan didengar anak-anak melalui gadget. Selain adanya beberapa konten yang dapat menimbulkan kecemasan, penggunaan gadget juga dapat menyebabkan anak kecanduan terhadap gadget itu sendiri dan melupakan interaksi sosial yang sesungguhnya. Anak-anak cenderung menghabiskan waktu dan menguras pikiran mereka saat menggunakan gadget sebagai piranti bermain. Hasil riset M Hafiza Al-Ayouby yang dipublikasikan digital library Universitas Lampung (2017) menyebutkan bahwa sebagian besar anak-anak menggunakan gadget untuk bermain game dan menonton video. Hasil riset tersebut juga sejalan dengan survei kementrian informasi bersama UNICEF yang dipublikasikan liputan6.com (2016) bahwa anak-anak Indonesia menggunakan gadget sebagian besar untuk mencari informasi, hiburan, serta menjalin relasi sosial. Hasil riset tersebut juga menyebutkan bahwa penggunaan gadget secara berlebihan pada anak menyebabkan kesehatan mata terganggu, anak cenderung lebih pasif dalam aktivitas fisik maupun sosial, anak lebih asyik bermain dengan gadgetnya sendiri ketimbang bersama teman lingkunganya.
Sebagian besar orang tua memberikan gadget pada anak dengan tujuan agar wawasan dan kemampuan anak lebih berkembang melalui gadget, anak-anak lebih mudah mencari informasi untuk mengerjakan tugas sekolah, dan juga sebagai hiburan sejenak saat anak sudah penat belajar. Kenyataan yang ada tidak sejalan dengan harapan, beberapa riset yang telah disebutkan menunjukan sebagian besar anak-anak lebih senang menggunakan gadgetnya untuk bermain ketimbang belajar sehingga cenderung berdampak negatif. Saat kita mencari informasi mengenai manfaat dan dampak gadget bagi anak melalui mesin pencarian seperti google, yahoo, dsb, hasil pencarian yang didapat adalah lebih banyak artikel yang membahas dampak negatif gadget bagi anak daripada artikel yang membahas manfaat gadget bagi anak. Hal tersebut tentunya membuat orang tua cenderung cemas terhadap penggunaan gadget bagi anak-anak. Lantas apa yang dapat dilakukan untuk mencegah dampak negatif gadget bagi anak ?, rasanya tindakan melarang penggunaan gadget untuk anak tidaklah tepat, sebab di era globalisasi dengan kemajuan teknologi yang pesat ini tidak akan bisa mengalihkan perhatian masyarakat termasuk anak-anak terhadap kehadiran gadget.
Gadget tidaklah selalu memberi dampak negatif bagi anak misalnya ketika smartphone, tablet dan gadget lainya diisi dengan fitur/aplikasi menarik yang memang sengaja dibuat sebagai sarana edukatif bagi anak-anak. Banyak aplikasi yang bisa didapat secara gratis dan dipasang pada gadget sebagai edukasi anak-anak contohnya belajar alphabet, mengenal berbagai bahasa serta aplikasi menarik lainya yang melatih kemamuan membaca anak. Gadget menjadikan cara menghafal dan memahami bahasa menjadi lebih mudah sebab tidak hanya menampilkan tulisan secara visual (gambar) namun gadget juga membantu memahami bagaimana cara mengucapkannya melalui fitur suara yang melengkapinya. Melalui gadget anak juga dapat lebih mudah menghafal sebab dengan kemampuan penyimpan data maka anak dapat dengan mudah menyimpan berbagai hafalan dengan bentuk suara mapun video misalnya hafalan lagu, ayat, gerakan dan sebagainya. Kemampuan gadget menampilkan seuatu secara visual, audio serta animasi tersebut sangat bermanfaat bagi pemahaman dan daya tarik tersendiri bagi anak agar mau belajar. Sarana edukasi lain yang dapat diberikan gadget kepada anak adalah luasnya literasi atau sumber bacaan anak saat anak ingin mencari suatu infromasi. Sebagai sarana komunikasi dan edukasi bagi anak seharusnya gadget bermanfaat bagi anak, namun kenapa justru banyak dampak negatif gadget yang ditemukan? Persoalanya adalah kembali tentang bagaimana gadget itu dihadirkan kepada anak. Ingatlah bahwa tujuan dibuatnya gadget adalah untuk menjadikan piranti komunikasi yang ada lebih praktis dan memudahkan pekerjaan pemakainya.
Melalui kajian dan riset yang dilakukan dokter Setyo Handriyastuti pakar neurologi anak yang dipublikasikan digital.metrotvnews.com (2017) serta literasi pnulis ada beberapa tips yang dapat dilakukan oleh para orang tua menjadikan gadget sebagai piranti yang bermanfaat ketimbang merugikan anak. Pertama, waktu yang tepat penggunaan gadget bagi anak. Gadget haruslah diberikan pada saat anak membutuhkanya, tentulah orang tua harus paham betul kapan waktu yang tepat untuk mengizinkan anak menggunakan gadgetnya. Kebanyakan anak ingin menggunakan gadget saat mereka hendak mencari jawaban tugas sekolah secara online, saat ingin bermain game, dan juga saat ingin hiburan lain seperti melihat video maupun mendengarkan musik. Disinilah peran orang tua untuk memastikan waktu yang baik bagi anak menggunakan gadget, orang tua harus tahu bahwa gadget lebih baik diberikan kepada saat anak hendak online mencari jawaban tugas sekolahnya ketimbang keperluan lain yang sifatnya lebih hiburan semata. Kedua, membatasi waktu penggunaan gadget. Orang tua memiliki peran penting sebagai manager untuk membatasi seberapa lama anak menggunakan gadget mereka. Pembatasan waktu sangat diperlukan agar penggunaan gadget tidak memberikan dampak buruk bagi kesehatan mata anak maupun dampak buruk lainya. Anak harus diberi ketegasan agar menggunakan gadget tidak lebih dari satu jam pada siang hari maupun malam hari. Anak-anak (terutama anak SD) sebagian besar menghabiskan waktu pagi hingga siang dengan beraktivitas di sekolah, jadi waktu yang tepat memberikan gadget adalah selama satu jam usai mereka sekolah, dan satu jam saat malam hari. Kenapa tidak di sore hari ? lebih baik anak memanfaatkan sore hari yang hanya terbatas beberapa jam untuk bermain dan berinteraksi dengan teman-temn di lingkungan rumahnya. Interaksi sosial anak akan tetap berlangsung dan anak tidak tumbuh menjadi pribadi yang individualis. Apa yang bisa dilakukan anak dengan gadgetnya pada jam siang dan malam hari tersebut ? memberikan kesempatan anak untuk bebas menggunakan gadgetnya namun dengan durasi satu jam saja. Mau tidak mau dalam durasi yang tidak terlalu panjang tersebut anak memanfaatkan gadget untuk memenuhi kebutuhan utamanya yaitu mengerjakan tugas dengan sendirinya anak tidak akan terlalu banyak bermain sebab sadar waktu yang ddiperbolehkan menggunakan gadget tidaklah lama sehingga anak bisa lebih bertanggungjawab dalam menentukan mana yang lebih penting dan mana yang tidak terlalu penting.
Ketiga, orang tua harus siap untuk tidak menggunakan gadget di depan anak. Hal ini sangat penting sebab jangan sampai anak merasa dikhianati orang tua. Anak dilarang terlalu sering menggunakan gadget, hanya pada waktu tertentu saja. Orang tua harus siap untuk tidak menggunakan gadget di depan saat anak sedang tidak menggunakan gadget, Jangan sampai anak berpikir bahwa orang tua tidak bisa melakukan apa yang mereka perintahkan sendiri. Saat orang tua menggunakan gadget anak juga biasanya akan tertarik dan ingin juga menggunakanya. Keempat, orang tua harus selalu update informasi mengenai gadget. orang tua harus sering membaca artikel tentang perkembangan gadgegt sehingga saat ada informasi yang bermanfaat bisa diterapkan bagi anak-anak mereka. Orang tua harus tahu berbagai fungsi berbagai fitur di smartphone yanga aman untuk digunakan anak. Orang tua juga harus tahu berbagai aplikasi yang terus berkembang yang baik dan bermanfaat bagi anak. Memasang aplikasi-aplikasi edukatif, menghapus atau meminimalkan aplikasi yang sifatnya permainan atau hiburan semata. Menjadikan smartphone sebagai piranti belajar anak ketimbang piranti bermain-main anak. Kelima, konsistensi orang tua sebagai manager untuk memastikan penggunaan gadget yang tepat bagi anak. Semua tips yang sudah dijelaskan harus dilaksanakan dengan tanggungjawab dan keberlanjutan. Orang tua memiliki peran besar sebagai sosok yang bisa memastikanya. Manager anak dalam menggunakan gadget tidak harus orang tua, siapa saja seperti kakak ataupun anggota keluarga lain yang lebih dewasa bisa berperan, point pentingnya adalah konsisten dan tegas dalam melaksanakan tips yang sudah dijelaskan tentang penggunaan gadget pada anak.
Hasil penjelasan dari berbagai tips penggunaan gadget bagi anak mengarah pada satu simpulan yaitu berusaha menjadikan gadget sebagai teman belajar anak dan bukan teman bermain anak. Harapan dari penggunaan gadget adalah bertambahnya wawasan dan pengetahuan anak-anak sehingga mereka dapat menjadi generasi yang unggul dan kelak bermanfaat bagi bangsa. Peran keluarga dan orang tua untuk saling mengawasi dan menempatkan gadget sebagai teman belajar anak adalah salah satu langka nyata untuk mewujudkan harapan tersebut.

Facebook Comments