Penulis : Tunjung Eko Wibowo
Halo bestie, para Gen Z dan millennials yang lagi ngejar mimpi! Jujur deh, kalian semua yang sering ngerasa capek banget sampai rasanya pengen log out dari dunia? Itu bukan cuma mager biasa, itu namanya burnout. Tekanan sekolah, kampus, side hustle, ekspektasi orang tua, sampai flexing di media sosial, semuanya bikin otak kita kayak laptop yang overheating.
Jika semua itu dibiarkan, capek mental ini bisa jadi pintu masuk ke hal-hal yang enggak banget, kayak self-harm, kecanduan, atau perilaku menyimpang lainnya. Di tengah gempuran stres ini, ternyata kita yang menjadi bagian dari Muhammadiyah ada solusinya lho. Ada hal yang bisa kita jalankan dan super relevan buat kita. Ini bukan soal ritual kaku, tapi filosofi hidup yang bikin mental kita healing dan glowing secara Islami.
Burnout, Bukan Cuma Kurang Tidur
Burnout itu bukan cuma ngantuk karena begadang. Ini adalah kondisi kelelahan emosional, fisik, dan mental akibat stres berlebihan dan berkepanjangan. Bagaimana kita mengetahuinya biar tidak terjebak yang lebih dalam. Pertama kita harus awareness (peka) terhadap kondisi diri sendiri. Apakah kita merasa capek batin, kelelahan emosional, merasa kosong, gampang marah, dan illfeel sama semua hal.
Lalu bagaimana kita menjaga jaraknya (depersonalisasi) yang sangat keras. Kita menjadi cuek, sinis, dan nggak peduli sama kerjaan, teman, atau bahkan diri sendiri. Jika hal itu berlangsung lama akan menimbulkan rasa gagal yang mengakibatkan penurunan prestasi). Merasa bahwa setiap effort yang dikeluarkan sia-sia, jadi malas, dan kualitas kerja/belajar menurun drastis.
Jika kita dan kalian sudah merasakan hal itu, stop jangan bilang, “Ah, ini mah aku kurang piknik aja.” Tidak, itu bukan kurang piknik, tetapi kesehatan mental kita terganggu. Apa yang harus kita lakukan. Sebagai generasi muda Muhammadiyah, harus punya solusinya.
Healing Ala Muhammadiyah Berangkat Dari Iman ke Self-Control
Muhammadiyah, lewat prinsip Islam Berkemajuan melihat kesehatan mental secara holistik, fisik dan psikis, tapi juga spiritual. Ada healing yang bisa kita jadikan pilar utama.
- Tauhid & Locus of Control
Inti ajaran Islam adalah Tauhid, sebagai bentuk mengesakan Allah. Dalam konteks mental, ini menciptakan apa yang disebut para ahli psikologi sebagai Internal Locus of Control. Percaya dan yakin bahwa hasil dari usaha kita (sukses atau gagal) sebagian besar ditentukan oleh usaha keras kita sendiri. Dan hal itu harus dibarengi dengan seizin Allah, bukan sekadar faktor luar (nasib buruk, orang lain).
Ada hal yang harus kita lakukan untuk meningkatkan rasa percaya diri. Ketika deadline menumpuk atau kamu gagal ujian, jangan langsung self-pity dan menyalahkan keadaan. Kita harus merubah mindset,“Aku sudah usaha yang terbaik. Hasilnya aku serahkan pada Allah (Tawakal). Aku akan evaluasi usahaku, bukan meratapi takdir.”
Seandainya tidak bisa melakukan kontrol dan merubah mindset positif. Hal itu akan menimbulkan hal-hal negatif. Jika mampu mengontrolnya, kita tidak mudah cari “pelarian” ke hal-hal menyimpang (seperti narkoba, pergaulan bebas, atau menghakimi orang lain). Karena kita tahu, bahwa kita yang memegang kendali atas respons kita terhadap masalah, bukan lingkungan. Iman memberi kita tujuan hidup yang lebih besar daripada sekadar like atau pujian dari orang.
- Manajemen Diri dan Self-Care Islami
Burnout sering terjadi karena kita nggak punya batasan. Kita overwork, overthinking dan nggak kenal waktu istirahat. Ajaran Islam mengajarkan kita untuk seimbang (wasathiyyah). Jadwal Power Nap (istirahat cukup). Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita untuk tidur setelah Isya dan bangun di sepertiga malam terakhir. Ini adalah manajemen waktu yang alami! Jadi hindari begadang yang tidak jelas.
Bergerak dengan me time yang sehat, dari sini ada cara yang dapat dilakukan berupa aktivitas fisik. Ada hal yang sudah dicontohkan melalaui sunnah Nabi seperti, berkuda, berenang, memanah. Jika kalian remaja dengan versi modern bisa melakukan futsal, lari, jogging, nge gym. Jangan lupa juga melakukan hobi atau journaling untuk mengekspresikan diri, seperti yang dianjurkan oleh pakar kesehatan mental.
Connect dengan komunitas-komunitas yang positif. Muhammadiyah sangat menekankan peran komunitas, misalnya melalui Ikatan Pelajar Muhammadiyah/IPM, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah/IMM dan komunitas lingkungan Muhammadiyah lainnya. Cari teman sebaya yang suportif, yang saling menyapa dengan tulus, “Kamu baik-baik saja?”. Lingkungan yang baik adalah benteng anti nyimpang yang paling kuat. Saling support, kolaborasi dan tidak melakukan bullying.
- Spiritual Boost: Zikir, Reflect, dan Recharge
Kesehatan mental dalam Islam berlandaskan pada keselarasan antara jasad, akal, dan ruh. Ini adalah cara kita recharge jiwa kita. Shalat akan menjadikan kita safe heaven. Shalat lima waktu bukan hanya sebuah kewajiban, tetapi jeda wajib bagi pikiran kita. Selama 5–10 menit, kita full focus pada Tuhan, melepaskan semua drama dunia. Ini adalah teknik meditasi paling efektif yang sudah teruji ribuan tahun.
Dzikir (Mengingat Allah) adalah Mindfulness. Dengan mengucapkan Subhanallah, Alhamdulillah, atau Allahu Akbar adalah bentuk mindfulness Islami. Ini menarik pikiran kita dari masa lalu yang mengkhawatirkan dan masa depan yang menakutkan, kembali ke momen saat ini dalam perlindungan Allah swt.
Introspeksi (Muhasabah) setiap malam dengan meluangkan waktu untuk reflect. Apa yang sudah kita lakukan hari ini? Apa yang bisa kita perbaiki besok? Tentu saja hal ini melatih kita untuk bertanggung jawab atas diri sendiri. Sehingga kita mampu menghindari perasaan bersalah yang menumpuk, dan menjaga moralitas diri.
Kunci Anti Menyimpang adalah Karakter dan Keteladanan
Burnout membuat kita rentan akan perilaku yang menyimpang. Sudah banyak berita tentang kenakalan remaja, pergaulan bebas, tawuran hingga kumpul kebo. Seringkali hal itu di sebagai sebuah pelarian dari stress. Padahal hal-hal tersebut justru akan menjerumuskan pada hal yang paling buruk. Dalam kondisi seperti itu harus di tangani dengan baik. Diperlukan kesabaran, keteladan dan sikap yang kuat untuk menjadi baik. Muhammadiyah mengajarkan pencegahan untuk tidak terdegradasi atas kesehatan mental melalui pendidikan karakter yang kuat.
Iman sebagai fondasi, akhlak sebagai perilaku utama adalah kunci utama agar mental kita sehar. Dengan pondasi iman yang kokoh (Tauhid) dan kemampuan mengelola emosi (Locus of Control). Maka akan terbangun karakter yang jujur, sabar, adil, dan empati. Karakter inilah yang menjadi filter powerful di tengah tekanan sosial dan media digital. Kita harus punya standar moral yang tinggi, agar kita dalam melakukan sesuatu yang menyimpang berpikir dua kali. Sebelum hal-hal yang merusak merasuki diri sendiri dan orang lain.
Lakukan Sekarang
Karena burnout adalah sinyal dari dalam tubuh dan jiwa kita, kalau sebenarnya kita butuh reset. Maka healing yang bisa dijalankan ala Muhammadiyah itu sangat simple. Kuatkan Iman (tauhid), kelola diri (manajemen waktu/hobi) dan recharge jiwa (Shalat/Dzikir/Muhasabah).
Ketika iman jadi jangkar, kamu nggak akan goyah. Kalian akan tetap kuat walaupun yang melirik kalian sedikit, rejection yang menyakitkan atau pressure yang menguras tenaga. Yuk, nge-gas dalam meraih cita-cita tanpa perlu burnout dan glow up jadi pribadi yang bermanfaat tanpa perlu nyimpang!
