Membangun Kader Unggulan Muhammadiyah: Proses Perbaikan Diri Berbasis Ideologi, Iman, dan Amal Berkemajuan

12

Penulis : Yudi Kristianto, S.Pd

Peserta Sekolah Tabligh Muhammadiyah dari Kudus

Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Jekulo Kudus

Muhammadiyah adalah salah satu organisasi paling modern yang ada di Indonesia.Muhammadiyah lahir bukan semata sebagai organisasi keagamaan, melainkan sebagai gerakan Islam, dakwah, dan tajdid yang bertujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Oleh karena itu, kader Muhammadiyah pada hakikatnya adalah subjek ideologis yang memikul amanah perjuangan, bukan sekadar pelaku aktivitas organisasi. Kader unggulan Muhammadiyah hanya dapat lahir melalui proses perbaikan diri yang sadar, sistematis, dan berkesinambungan, berlandaskan iman, ilmu, dan amal.

  1. Perbaikan Akidah dan Keikhlasan sebagai Fondasi Ideologis

Manhaj Kepribadian Muhammadiyah (MKCH) menegaskan bahwa Muhammadiyah adalah “gerakan Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah”. Maka, langkah pertama kader dalam memperbaiki diri adalah memurnikan akidah dan menata niat perjuangan. Kader unggulan adalah mereka yang berjuang karena Allah, bukan karena jabatan, simbol, atau kepentingan duniawi.

Oleh sebab itu para Kader harus ingat bahwa Allah Swt.berfirman :

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
“Padahal mereka tidak diperintah kecuali agar menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.”
(QS. Al-Bayyinah: 5)

Demikian pula anjuran Rasulullah ﷺ agar memulai dengan niat yang baik karena :

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya.”
(HR. al-Bukhari dan Muslim)

Pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan menegaskan pula bahwa beragama harus melahirkan kesadaran amal, bukan sekadar ritual:

“Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.”

Ungkapan ini menegaskan bahwa kader sejati adalah mereka yang berjuang dengan keikhlasan, bukan menjadikan Persyarikatan sebagai alat kepentingan pribadi.

  1. Penguatan Ilmu dan Pemikiran Islam Berkemajuan

Kepribadian Muhammadiyah menempatkan ilmu pengetahuan sebagai sarana utama kemajuan umat. Oleh karena itu, kader Muhammadiyah wajib memperbaiki diri melalui peningkatan kapasitas intelektual dan kejernihan berpikir. Kader unggulan bukan hanya saleh secara spiritual, tetapi juga cerdas, kritis, dan berwawasan luas.

Allah Swt. berfirman:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Katakanlah: apakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?”
(QS. Az-Zumar: 9)

Seorang tokoh dan ulama muhammadiyah terkenal, KH. Mas Mansur menegaskan:

“Islam tidak akan tegak dengan umat yang bodoh dan malas berpikir.”

Kader Muhammadiyah harus memahami Islam secara rasional, kontekstual, dan berorientasi solusi, sebagaimana prinsip Islam Berkemajuan—yakni Islam yang mencerahkan, membebaskan, dan memajukan kehidupan.

  1. Pembentukan Akhlak dan Keteladanan sebagai Dakwah Nyata

Keunggulan kader Muhammadiyah tidak berhenti pada penguasaan ideologi dan ilmu, tetapi harus tercermin dalam akhlak dan kepribadian luhur. MKCH menegaskan bahwa Muhammadiyah berjuang dengan “menampilkan akhlak Islam yang utama”.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Ahmad)

Pernah Buya Hamka memberikan nasehat yang begitu indah :

“Ketinggian iman harus tampak pada ketinggian budi pekerti.”

Kader unggulan Muhammadiyah harus menjadi teladan moral, menjunjung kejujuran, amanah, kedisiplinan, kesederhanaan, dan keberpihakan pada kaum lemah. Tanpa akhlak, ideologi akan kehilangan daya dakwahnya.

  1. Etos Amal, Profesionalisme, dan Tanggung Jawab Sosial

Kepribadian Muhammadiyah menegaskan bahwa perjuangan Muhammadiyah adalah amal nyata, bukan sekadar wacana. Oleh karena itu, kader unggulan harus memperbaiki diri dengan menumbuhkan etos kerja tinggi, profesional, dan bertanggung jawab dalam setiap amanah.

Allah Swt. berfirman:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ
“Katakanlah: bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu.”
(QS. At-Taubah: 105)

  1. AR Fachruddin, seorang tokoh panutan warga muhammadiyah yang sangat karismatik menyatakan:

“Ukuran keberhasilan Muhammadiyah bukan pada banyaknya slogan, tetapi pada kesungguhan amalnya.”

Profesionalisme dalam Muhammadiyah adalah bagian dari ibadah, karena amal usaha Persyarikatan merupakan instrumen dakwah dan pelayanan umat.

  1. Loyalitas Ideologis dan Militansi Berkeadaban

Kader unggulan Muhammadiyah adalah kader yang setia pada Persyarikatan, ideologi, dan misi perjuangan, tanpa terjebak fanatisme sempit. Militansi kader harus dibingkai dengan kebijaksanaan, keterbukaan, dan semangat ukhuwah.

Almarhum Buya Syafii Maarif dalam suatu kesempatan pernah berpesan :

“Muhammadiyah akan besar jika kadernya besar secara moral dan pikiran.”

Perbaikan diri kader berarti menempatkan kepentingan Islam, umat, dan Persyarikatan di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Penutup

Menjadi kader unggulan Muhammadiyah adalah proses ideologis dan spiritual yang menuntut kesadaran diri, kedalaman iman, keluasan ilmu, kemuliaan akhlak, dan kesungguhan amal. Dengan berpegang teguh pada MKCH, Kepribadian Muhammadiyah, serta tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah, kader Muhammadiyah akan tumbuh sebagai insan berkemajuan yang siap memikul estafet perjuangan.

Kualitas kader hari ini adalah masa depan Muhammadiyah esok hari. Maka, memperbaiki diri bukan sekadar pilihan, tetapi kewajiban ideologis setiap kader Muhammadiyah

 

 

Facebook Comments